Muda-muda entrepreneur
Apa itu Entrepreneur?
Menurut Ir. Ciputra, entrepreneur adalah seseorang yang bisa mengubah sampah/ rongsokan menjadi emas. Mengapa? Karena tidaklah mudah mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai atau bernilai jual. Butuh kreatifitas dan sifat pantang menyerah ntuk mengubah sesuatu yang dulunya kita buang, menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk bisa digunakan kembali.
Sayangnya, banyak orang-orang di Indonesia yang memiliki presepsi sempit mengenai definisi kata yang satu ini, yaitu:
1. Entrepreneur /Entrepreneurship = Bisnis atau orang-orang yang memiliki sebuah usaha
2. “Seorang entrepreneur membutuhkan modal yang besar”
Padahal, arti “entrepreneurship” sendiri sangat luas. Entrepreneurship tidak hanya mengenai bisnis, tapi bisa juga mengenai teknologi, sosial, pemerintahan, bahkan ketika kita akan bekerja dengan orang lain. Tapi apa yang bedakan seorang entrepreneur dengan pekerja/ wirausahaan lain? Seorang entrepreneur adalah seseorang yang memberi dampak bagi sekeliling melalui pekerjaannya.
Pendapat mengenai seorang entrepreneur butuh modal besar adalah salah karena justru kita tidak butuh modal banyak untuk memulai. Namanya juga rongsokan, tidak ada rongsokan yang bernilai mahal karena jika kita butuh banyak uang untuk mendapatkan rongsokan, namanya bukan rongsokan lagi.
Apa untungnya menjadi entrepreneur bagi anak muda seperti kita?
Kemampuan untuk bekerja
Kita bisa mulai dari pertanyaan ini: Siapa yang mau bekerja ketika sudah besar nanti?
Dengan menjadi seorang entrepreneur, mental kita dilatih untuk bersaing di era globalisasi ini. Banyak S1 masih menganggur, apa alasannya? Hal itu karena mereka tidak memiliki etos kerja dan daya saing dengan yang lain. Banyak hal-hal yang diperlukan dalam bekerja kita dapatkan ketika kita memiliki mind set entrepreneurship, seperti kemampuan untuk melihat banyak aspek secara luas, problem solver, dan risk taker.
Untuk memunculkan karakter ini tidak semudah mengatakannya, butuh pembiasaan untuk membangun karakter dan mental seperti itu. Itulah sebabnya menerapkan entrepreneur sangat baik jika kita lakukan dari sekarang.
Menjadi pribadi kreatif
Bagi psikolog anak, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto, Kidpreneur diikuti oleh anak-anak yang kreatif dan berani mencoba, dengan berbagai terobosannya. Selain melatih anak untuk kreatif sejak dini, kegiatan ini juga menjadi salah satu cara mengenalkan profesientrepreneur pada anak-anak.
"Entrepreneur di Indonesia masih tergolong sedikit. Kalau mau negara sukses, harus perbanyak entrepreneur. Kalau semua bercita-cita menjadi pegawai, beban negara berat. Anak-anak bisa belajar kreatif sejak dini. Anak-anak pun harus percaya diri untuk menjadientrepreneur," jelasnya di sela acara Kidpreneur Award 2012 diadakan PermataBank dan Berani Mag, di fX Sudirman Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kak Seto menjelaskan, setiap anak yang dihargai dengan berbagai kelebihannya ia akan percaya diri dan bisa mengembangkan potensinya. Dengan begitu anak pun siap menjadi entrepreneur yang punya gagasan orisinal, mampu memecahkan masalahm dan bisa memberikan terobosan.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar berbisnis (berwirausaha) sejak kecil bukan berorientasi mencari uang. Melainkan lebih untuk melatih kemandirian, dengan mengandalkan kreativitasnya. Kak Seto menolak anggapan bahwa anak yang belajar bisnis sejak kecil, akan menjadi "mata duitan". Tujuan melatih kewirausahaan sejak dini lebih untuk memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh menjadi pribadi kreatif.
"Dengan kreativitas anak bisa menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada," jelasnya.
Untuk bisa kreatif, anak harus tumbuh dalam suasana yang aman dan bebas secara psikologis. Aman berarti anak tidak banyak dicela atau dikritik berlebihan oleh orangtuanya. Bebas dalam arti anak diberi kesempatan untuk melontarkan ide, membuat terobosan baru.
Produktif dan tidak konsumtif
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, Kidpreneur merupakan bentuk kepedulian untuk memberikan kesempatan pada anak agar kreatif sejak dini. Melalui kegiatan ini anak-anak mendapatkan dukungan dan akses untuk mengasah kreativitasnya.
"Melalui ajang ini, sejak dini anak-anak dididik supaya lebih produktif dan tidak konsumtif, dengan dukungan keluarga. Ajang ini menunjukkan bagaimana satu keluarga kompak, solid, dan ada kasih sayang dengan pemahaman bahwa kegiatan wirausaha merupakan prasyarat untuk anak mandiri ke depan. Kegiatan ini penting dan strategis dampaknya bagi proses tumbuh kembang anak," jelasnya.
Menurut Linda, jiwa kewirausahaan harus ada pada individu. Ia menambahkan, perlu ada upaya untuk mempertajam pemahaman jiwa wirausaha. Pada anak-anak, hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah atau bisa belajar dari kegiatan berkoperasi misalnya. Juga melalui berbagai kegiatan yang memberikan akses dan kesempatan pada anak untuk mengasah kreativitasnya.
"Anak-anak sekarang juga hidup dalam masa lebih banyak akses dan kesempatan, dan mereka sudah semestinya memanfaatkan kesempatan tersebut," tuturnya.
Menurut Ir. Ciputra, entrepreneur adalah seseorang yang bisa mengubah sampah/ rongsokan menjadi emas. Mengapa? Karena tidaklah mudah mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai atau bernilai jual. Butuh kreatifitas dan sifat pantang menyerah ntuk mengubah sesuatu yang dulunya kita buang, menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk bisa digunakan kembali.
Sayangnya, banyak orang-orang di Indonesia yang memiliki presepsi sempit mengenai definisi kata yang satu ini, yaitu:
1. Entrepreneur /Entrepreneurship = Bisnis atau orang-orang yang memiliki sebuah usaha
2. “Seorang entrepreneur membutuhkan modal yang besar”
Padahal, arti “entrepreneurship” sendiri sangat luas. Entrepreneurship tidak hanya mengenai bisnis, tapi bisa juga mengenai teknologi, sosial, pemerintahan, bahkan ketika kita akan bekerja dengan orang lain. Tapi apa yang bedakan seorang entrepreneur dengan pekerja/ wirausahaan lain? Seorang entrepreneur adalah seseorang yang memberi dampak bagi sekeliling melalui pekerjaannya.
Pendapat mengenai seorang entrepreneur butuh modal besar adalah salah karena justru kita tidak butuh modal banyak untuk memulai. Namanya juga rongsokan, tidak ada rongsokan yang bernilai mahal karena jika kita butuh banyak uang untuk mendapatkan rongsokan, namanya bukan rongsokan lagi.
Apa untungnya menjadi entrepreneur bagi anak muda seperti kita?
Kemampuan untuk bekerja
Kita bisa mulai dari pertanyaan ini: Siapa yang mau bekerja ketika sudah besar nanti?
Dengan menjadi seorang entrepreneur, mental kita dilatih untuk bersaing di era globalisasi ini. Banyak S1 masih menganggur, apa alasannya? Hal itu karena mereka tidak memiliki etos kerja dan daya saing dengan yang lain. Banyak hal-hal yang diperlukan dalam bekerja kita dapatkan ketika kita memiliki mind set entrepreneurship, seperti kemampuan untuk melihat banyak aspek secara luas, problem solver, dan risk taker.
Untuk memunculkan karakter ini tidak semudah mengatakannya, butuh pembiasaan untuk membangun karakter dan mental seperti itu. Itulah sebabnya menerapkan entrepreneur sangat baik jika kita lakukan dari sekarang.
Menjadi pribadi kreatif
Bagi psikolog anak, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto, Kidpreneur diikuti oleh anak-anak yang kreatif dan berani mencoba, dengan berbagai terobosannya. Selain melatih anak untuk kreatif sejak dini, kegiatan ini juga menjadi salah satu cara mengenalkan profesientrepreneur pada anak-anak.
"Entrepreneur di Indonesia masih tergolong sedikit. Kalau mau negara sukses, harus perbanyak entrepreneur. Kalau semua bercita-cita menjadi pegawai, beban negara berat. Anak-anak bisa belajar kreatif sejak dini. Anak-anak pun harus percaya diri untuk menjadientrepreneur," jelasnya di sela acara Kidpreneur Award 2012 diadakan PermataBank dan Berani Mag, di fX Sudirman Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kak Seto menjelaskan, setiap anak yang dihargai dengan berbagai kelebihannya ia akan percaya diri dan bisa mengembangkan potensinya. Dengan begitu anak pun siap menjadi entrepreneur yang punya gagasan orisinal, mampu memecahkan masalahm dan bisa memberikan terobosan.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar berbisnis (berwirausaha) sejak kecil bukan berorientasi mencari uang. Melainkan lebih untuk melatih kemandirian, dengan mengandalkan kreativitasnya. Kak Seto menolak anggapan bahwa anak yang belajar bisnis sejak kecil, akan menjadi "mata duitan". Tujuan melatih kewirausahaan sejak dini lebih untuk memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh menjadi pribadi kreatif.
"Dengan kreativitas anak bisa menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada," jelasnya.
Untuk bisa kreatif, anak harus tumbuh dalam suasana yang aman dan bebas secara psikologis. Aman berarti anak tidak banyak dicela atau dikritik berlebihan oleh orangtuanya. Bebas dalam arti anak diberi kesempatan untuk melontarkan ide, membuat terobosan baru.
Produktif dan tidak konsumtif
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, Kidpreneur merupakan bentuk kepedulian untuk memberikan kesempatan pada anak agar kreatif sejak dini. Melalui kegiatan ini anak-anak mendapatkan dukungan dan akses untuk mengasah kreativitasnya.
"Melalui ajang ini, sejak dini anak-anak dididik supaya lebih produktif dan tidak konsumtif, dengan dukungan keluarga. Ajang ini menunjukkan bagaimana satu keluarga kompak, solid, dan ada kasih sayang dengan pemahaman bahwa kegiatan wirausaha merupakan prasyarat untuk anak mandiri ke depan. Kegiatan ini penting dan strategis dampaknya bagi proses tumbuh kembang anak," jelasnya.
Menurut Linda, jiwa kewirausahaan harus ada pada individu. Ia menambahkan, perlu ada upaya untuk mempertajam pemahaman jiwa wirausaha. Pada anak-anak, hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah atau bisa belajar dari kegiatan berkoperasi misalnya. Juga melalui berbagai kegiatan yang memberikan akses dan kesempatan pada anak untuk mengasah kreativitasnya.
"Anak-anak sekarang juga hidup dalam masa lebih banyak akses dan kesempatan, dan mereka sudah semestinya memanfaatkan kesempatan tersebut," tuturnya.
Apa yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur?
Tidak ada yang namanya tidak bisa. Entrepreneurship bisa diterapkan kapan saja, dimana saja, oleh siapa saja. Kita tidak harus pintar, cantik, atau punya lebih dari 3 talent untuk bisa menjadi entrepreneur, tapi yang terpenting adalah karakter dan mental. Siap atau tidak?
Prof. Iman S Sukardi menemukan ada sembilan karakteristik tingkah laku kewirausahaan yang paling sering ditemukan dalam penelitian-penelitian terhadap wirausaha berhasil di seluruh dunia. Dikutip dari wirausaha.net, karakter tersebut antara lain:
1. Sifat Instrumental
Dia dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
2. Sifat Prestatif
Dia dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya.
3. Sifat Keluwesan Bergaul
Dia selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. Dia aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat denan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
4. Sifat Kerja Keras
Dia selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan nyata untuk mencapai tujuan.
5. Sifat Keyakinan Diri
Dia selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dengan optimisme untuk berhasil.
6. Sifat Pengambilan Resiko
Dia selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatannya khususnya untuk mencapai keinginannya. Dia akan melangkah bila kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar.
7. Sifat Swa Kendali
Dia dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
8. Sifat Inovatif
Dia selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Dia terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Dia tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja. Dia cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
9. Sifat Kemandirian
Dia selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Dia mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapat tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.
Source : Here
Apa tantangan menjadi entrepreneur muda?
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi ketika kita memutuskan untuk menjadi entrepreneur. Sama dengan hidup tidak akan berwarna tanpa masalah, menjadi entrepreneur membutuhkan tantangan utnu kmeraih sukses karena setiap tantangan yang berhasil kita lewati membawa kita ke satu tingkat yang lebih tinggi lagi.
Jadi, kira-kira apa saja tantanan untuk menjadi entrepreneur muda?
1. Diri sendiri
Mengapa diri sendiri? Seperti yang kita tahu bahwa tidak mudha untuk memulai karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kita memulai. Begitu mendengar kata entrepreneur atau sukses, hal pertama yang kita takuti adalah gagal. “Bagaimana jika gagal?” “Bagaimana jika aku tidak bisa?” “Bagaimana jika..? dan banyak pertanyaan lainnya. Kita sudah menutup jalan kita sendiri dengan mengatakan kita tidak bisa.
Perlu dicatat bahwa gagal dan sukses adalah dua kata beriringan. Tidak ada sukses tanpa gaga, dan gagal tanpa diikuti kesuksesan. Jadi wajar saja jika kita gagal, itu tandanya kamu akan berhasil. Jika kamu berhenti ketika kamu gagal, kamu akan gagal. Jatuh 7 kali, bangkitlah 8 kali!
2. Penilaian dari lingkungan
Penilaian negatif dan pesimis dari lingkungan yang meremehkanmu karena mereka berpikir kamu tidak pengalaman, dan kata-kata merendahkan yang akan kamu dapat ketika kamu gagal atau mendapati tantangan. Hal ini mengurangi rasa percaya dirimu, membuatmu tidak berani untuk maju dan mengambil keputusan.
Tidak ada yang mau disalahkan, dan tidak ada yang mau direndahkan. Jadikan hal-hal negatif tersebut sebagai motifasi untuk terus bergerak maju. Buktikan kepada orang-orang tersebut bahwa kamu tidaklah salah dengan mengambil jalan sebagai entrepreneur, tunjukan keberhasilanmu pada mereka.
3. Kurangnya dukungan
Hal ini seering menjadi tantangan yang berat karena tanpa dukungan, perjalanan tidak akan secepat jika kita di dukung. Tapi tenut hal itu bukanlah alasan bagi kita untuk berhenti. Bukan berarti kita tidak menerima masukan atau kritik, tapi dari kritik atersebut kita belajar untuk mencari solusinya.
Buatlah pertanyaan bagi diri sendiri untuk memacu kalian mencari solusi. Jika orang tua tidak percaya, bagaimana meyakinkan mereka? Jika orang tua tidak peduli, bagaimana caranya agar proyek yang sedang saya jalani ini dapat perarti?
4. Kurangnya wawasan
Kurangya wawasan tentu bisa membuat presentase kegagalan kita lebih besar dari yang sudah ada. Presentase kegagalan tidak akan pernah menjadi 0%, tapi dengan tidak memiliki wawasan, presentasi tersebut akan meningkat.
Solusinya mudah, banyak-banyaklah menggali informasi tentang proyek yang sedang kalian jalani. Cari tahu aspek-aspek yang kalian perlukan dan yang tentunya akan berguna. Jangan malas-malas mendengar saran atau kritik, demikian juga dengan kisah pengalaman seseorang karena apa yang mereka berika pada kita menambah satu poin lagi dari aspk pengetahuan yang kita punya.
5. Waktu
Sebagai pelajar, tidak mudah mengatur waktu untuk belajar dan berentrepreneur. Bisa jadi kita akan merasa 24 jam sehari tidak akan cukup. Untuk masalah yang satu ini, kita harus punya time management dengan mentukan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan dulu dan mana yang bisa di tunda. Untuk membiasakan diri memiliki time management tidaklah mudah karena kita harus melatih otak kita mengurutkan dan membuat timeline untuk kegiatan sehari-hari. Tapi dengan pembiasaan, hal itu tidak akan terlalu sulit lagi dan kalian bisa menjadi 2 in 1, entrepreneur dan pelajar.
Source : Here
Tidak ada yang namanya tidak bisa. Entrepreneurship bisa diterapkan kapan saja, dimana saja, oleh siapa saja. Kita tidak harus pintar, cantik, atau punya lebih dari 3 talent untuk bisa menjadi entrepreneur, tapi yang terpenting adalah karakter dan mental. Siap atau tidak?
Prof. Iman S Sukardi menemukan ada sembilan karakteristik tingkah laku kewirausahaan yang paling sering ditemukan dalam penelitian-penelitian terhadap wirausaha berhasil di seluruh dunia. Dikutip dari wirausaha.net, karakter tersebut antara lain:
1. Sifat Instrumental
Dia dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
2. Sifat Prestatif
Dia dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya.
3. Sifat Keluwesan Bergaul
Dia selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. Dia aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat denan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
4. Sifat Kerja Keras
Dia selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan nyata untuk mencapai tujuan.
5. Sifat Keyakinan Diri
Dia selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dengan optimisme untuk berhasil.
6. Sifat Pengambilan Resiko
Dia selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatannya khususnya untuk mencapai keinginannya. Dia akan melangkah bila kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar.
7. Sifat Swa Kendali
Dia dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
8. Sifat Inovatif
Dia selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Dia terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Dia tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja. Dia cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
9. Sifat Kemandirian
Dia selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Dia mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapat tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.
Source : Here
Apa tantangan menjadi entrepreneur muda?
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi ketika kita memutuskan untuk menjadi entrepreneur. Sama dengan hidup tidak akan berwarna tanpa masalah, menjadi entrepreneur membutuhkan tantangan utnu kmeraih sukses karena setiap tantangan yang berhasil kita lewati membawa kita ke satu tingkat yang lebih tinggi lagi.
Jadi, kira-kira apa saja tantanan untuk menjadi entrepreneur muda?
1. Diri sendiri
Mengapa diri sendiri? Seperti yang kita tahu bahwa tidak mudha untuk memulai karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kita memulai. Begitu mendengar kata entrepreneur atau sukses, hal pertama yang kita takuti adalah gagal. “Bagaimana jika gagal?” “Bagaimana jika aku tidak bisa?” “Bagaimana jika..? dan banyak pertanyaan lainnya. Kita sudah menutup jalan kita sendiri dengan mengatakan kita tidak bisa.
Perlu dicatat bahwa gagal dan sukses adalah dua kata beriringan. Tidak ada sukses tanpa gaga, dan gagal tanpa diikuti kesuksesan. Jadi wajar saja jika kita gagal, itu tandanya kamu akan berhasil. Jika kamu berhenti ketika kamu gagal, kamu akan gagal. Jatuh 7 kali, bangkitlah 8 kali!
2. Penilaian dari lingkungan
Penilaian negatif dan pesimis dari lingkungan yang meremehkanmu karena mereka berpikir kamu tidak pengalaman, dan kata-kata merendahkan yang akan kamu dapat ketika kamu gagal atau mendapati tantangan. Hal ini mengurangi rasa percaya dirimu, membuatmu tidak berani untuk maju dan mengambil keputusan.
Tidak ada yang mau disalahkan, dan tidak ada yang mau direndahkan. Jadikan hal-hal negatif tersebut sebagai motifasi untuk terus bergerak maju. Buktikan kepada orang-orang tersebut bahwa kamu tidaklah salah dengan mengambil jalan sebagai entrepreneur, tunjukan keberhasilanmu pada mereka.
3. Kurangnya dukungan
Hal ini seering menjadi tantangan yang berat karena tanpa dukungan, perjalanan tidak akan secepat jika kita di dukung. Tapi tenut hal itu bukanlah alasan bagi kita untuk berhenti. Bukan berarti kita tidak menerima masukan atau kritik, tapi dari kritik atersebut kita belajar untuk mencari solusinya.
Buatlah pertanyaan bagi diri sendiri untuk memacu kalian mencari solusi. Jika orang tua tidak percaya, bagaimana meyakinkan mereka? Jika orang tua tidak peduli, bagaimana caranya agar proyek yang sedang saya jalani ini dapat perarti?
4. Kurangnya wawasan
Kurangya wawasan tentu bisa membuat presentase kegagalan kita lebih besar dari yang sudah ada. Presentase kegagalan tidak akan pernah menjadi 0%, tapi dengan tidak memiliki wawasan, presentasi tersebut akan meningkat.
Solusinya mudah, banyak-banyaklah menggali informasi tentang proyek yang sedang kalian jalani. Cari tahu aspek-aspek yang kalian perlukan dan yang tentunya akan berguna. Jangan malas-malas mendengar saran atau kritik, demikian juga dengan kisah pengalaman seseorang karena apa yang mereka berika pada kita menambah satu poin lagi dari aspk pengetahuan yang kita punya.
5. Waktu
Sebagai pelajar, tidak mudah mengatur waktu untuk belajar dan berentrepreneur. Bisa jadi kita akan merasa 24 jam sehari tidak akan cukup. Untuk masalah yang satu ini, kita harus punya time management dengan mentukan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan dulu dan mana yang bisa di tunda. Untuk membiasakan diri memiliki time management tidaklah mudah karena kita harus melatih otak kita mengurutkan dan membuat timeline untuk kegiatan sehari-hari. Tapi dengan pembiasaan, hal itu tidak akan terlalu sulit lagi dan kalian bisa menjadi 2 in 1, entrepreneur dan pelajar.
Source : Here