HarLand Firman Agus
Usianya baru 23, tapi Harland Firman Agus telah menunjukkan prestasi yang luar biasa sebagai technopreneur. Dia sudah mengendalikan perusahaan di bidang teknologi Informasi dengan omzet miliaran rupiah. GUNAWAN SUTANTO, Bandung.
PENAMPILAN Harland jauh dari sosok se orang eksekutif muda. Dandanannya masih terlihat seperti anak kuliahan. Menggunakan kaus dibalut jaket kulit, mencangklong tas ransel, dan menggunakan sendal gu nung, Harlan tampak santai di sebuah ke dai makanan di pusat Kota Bandung saat di temui koran ini beberapa waktu silam.
Jika hanya memperhatikan penampilan dan tak pernah mendengar prestasinya, mung kin orang tidak percaya jika Harland seorang CEO perusahaan TI dengan omzet Rp 2 miliar per tahun. Angka itu bukan klaim sepihak Harland, namun diakui Bank Mandiri. Bahkan, capaian Harland itu kini jadi materi iklan Bank Mandiri untuk kompetisi wirausaha. ”Saya memang diminta menjadi ambassador untuk iklan Bank Mandiri.
Itu setelah sa ya menjadi pemenang dalam kompetisi wirausaha yang diadakan bank itu,” ujar Harland sembari menunjukkan iklan di majalah mingguan terkemuka yang menampilkan gayanya sebagai pengusaha muda yang sukses. Harland memang dinobatkan sebagai wirausahawan muda Bank Mandiri untuk periode 2012. Prestasi itu merupakan satu dari berbagai capaian yang didapat Harland melalui perusahaannya, Newbee Corporation.
Prestasi lainnya Industry Creative Festival (2013), Anugerah TIK Jawa Barat (2012), Telkom Indigo Fellowship (2012), Android Competition (2012), Sang Penemu TVRI (2012), Wirausaha Muda Mandiri (2012), The Best Tenant Telkom Bandung Digital Valley (2013), dan Indonesia ICT Award (2013).
Harland sengaja memberi nama perusaha annya Newbee dengan harapan agar perusahaan yang berkantor di Gegerkalong, Bandung, itu senantiasa tetap merasa baru. ”Dengan begitu kami harus terus belajar lebih baik dan terus menghasilkan karya-karya inovatif,” terang alumnus Fakultas Teknik Informatika Telkom University (dulu Institut Teknologi Telkom) Bandung itu.
Segudang prestasi yang diraih Harland di bidang IT itu sebenarnya jauh dari impian sebelumnya. Pemuda asli Riau itu semula bercita-cita ingin bisa bekerja di pertambangan minyak. ”Riau kan kota minyak. Ayah juga bekerja di bidang itu. Jadi lingkungan telah membuat saya ingin bekerja di perminyakan,” terangnya Selama sekolah Harland berupaya keras mewujudkan impiannya itu.
Bersama rekan-rekannya, dia pun mendaftarkan diri di jurusan pertambangan ITB. Namun, dia gagal menembus jurusan idaman itu. Sedangkan teman-temannya diterima di program studi favorit tersebut. ”Satu kelas saya setidaknya ada 30 orang yang lolos masuk ITB, hanya sa ya yang gagal. Saya akhirnya kuliah di Telkom karena ingin tetap studi di Ban dung,” ujar alumnus SMA Cen dana Chevron, Kabupaten Duri, Riau tersebut. Harland mengaku sejak awal tidak me miliki passion sedikit pun di bidang IT. Bahkan semasa sekolah, Har land termasuk siswa yang gaptek.
”Saya bukan anak-anak yang suka main internet. Hobi saya malah kegiatan- kegiatan outdoor,” papar atlet hoki PON Riau itu. Dia pun mengakui di awal-awal semes ter, lantaran tidak punya passion indeks prestasi (IP)-nya hanya di angka dua koma. ”Saya sempat masuk ruang konseling. Bagi mahasiswa Telkom itu ruangan yang memalukan,” kelakarnya.
Titik balik terjadi setelah Harland men dapatkan konseling dan aktif di or ganisasi kampus. Ada kalimat motivasi yang membuat dia terlecut. ”Bah wa rezeki yang digariskan Allah tidak pernah tertukar. Dan Allah itu selalu memberi yang terbaik. Dari situ saya yakin bidang ini yang terbaik untuk saya,” ungkapnya. Selama aktif di organisasi kemahasis waan, Harland juga mendapatkan ba nyak pencerahan. Di antaranya bah wa kebanyakan mahasiswa masih ber mental job seeker dan karya-karya yang dihasilkan kurang bernilai pengabdiaan pada masyarakat.
Sejak itu, setiap membuat tugas, Harland selalu berupaya agar bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Dia juga mulai rajin ikut lomba-lomba di bidang TI. Namun peruntungan belum menghampiri Harland. Dia tak pernah menang. ”Tapi ketika itu saya sudah bisa memperbaiki nilai akademis saya. IP saya mulai merangkak naik tiga koma,” kelakar anak kedua dari lima bersaudara itu.
Setelah lulus kuliah tepat 3,5 tahun, ke beruntungan mulai memihak Harland. Karyanya yang diberi nama SM Care untuk aplikasi mobile layanan kesehatan masyarakat (pasien) di rumah sakit. ”SM Care ini sebuah solusi untuk cus tomer relationship management (CRM) RS ke pasien,” terang Harland sembari menunjukan gambar layanan aplikasi tersebut.
Tak disangka aplikasi itu masuk seba gai finalis dalam Industry Creative Festival (Increfest) yang diselengga rakan Kementerian Perindustrian. Dari lomba yang digelar untuk industri se-Indonesia itulah Harland menemukan pelajaran berharga tentang pentingnya badan usaha. Maka, dia lalu meresmikan Newbee Corporation sebagai badan usaha berbentuk perseroan terbatas (PT).
Setelah berhasil di lomba itu, Harland lantas mengirimkan karyakarya nya pada kompetisi lain dan hasilnya positif. Salah satu karyanya yang bernama AortaLife mengantarkan Harland ke markas Google di Silicon Valley, Amerika Serikat. ”Aplikasi itu memenangkan Bandung Digital Valley sehingga saya ber hak mewakili Indonesia ke Silicon Valley,” ujar anak pasangan H Agusnar dan Neng Deswita itu.
Aplikasi pemantau detak jantung online karyanya itu juga mendapat apresiasi dari chief medical officer”di California. Saat menjelaskan seputar lomba yang diikutinya, Harland lalu mengeluarkan buku company profile perusahaannya. Dia kemudian menjelaskan satu per satu karyanya yang pernah menyabet penghargaan. Setelah mengikuti banyak perlombaan, Harland jadi tahu betapa luasnya bisnis di bidang TI. Makin banyak perusahaan yang memanfaatkan TI untuk meningkatkan pelayanannya pada konsumen.
”Karena itu, saya lalu masuk di usaha ini,” tuturnya. Diakui, saat ini dunia industri meng hadapi tantangan besar. Yakni pembajakan yang merajalela. Meski begitu, Harland yakin rezeki sudah diatur Tuhan. ”Asal tetap berusaha untuk terus berinovasi saya kira selalu ada jalan untuk menghadapi tantangan tersebut,” paparnya. Harland punya mimpi besar di masa depan.
Yakni pengembangan produk-produk Newbee Corporation agar bisa menembus pasar global. ”Saya masih berupaya mengembangkan produk yang sudah ada agar siap untuk pasar global. Saya juga tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan dari luar negeri sebagai publishing- nya,” terangnya. Harland mengakui selama ini perusa haan belum bisa banyak bicara dari sisi penjualan produk.
Menurut dia, income terbesar perusahaan nya berasal dari bisnis jasa. Melalui perusahaannya, Harland kini menghandle sejumlah proyek sistem informasi berbagai perusahaan. Di antaranya SPBU-SPBU Pertamina dan Bank Mandiri Jawa Barat. (*/ari)
Source : Here
PENAMPILAN Harland jauh dari sosok se orang eksekutif muda. Dandanannya masih terlihat seperti anak kuliahan. Menggunakan kaus dibalut jaket kulit, mencangklong tas ransel, dan menggunakan sendal gu nung, Harlan tampak santai di sebuah ke dai makanan di pusat Kota Bandung saat di temui koran ini beberapa waktu silam.
Jika hanya memperhatikan penampilan dan tak pernah mendengar prestasinya, mung kin orang tidak percaya jika Harland seorang CEO perusahaan TI dengan omzet Rp 2 miliar per tahun. Angka itu bukan klaim sepihak Harland, namun diakui Bank Mandiri. Bahkan, capaian Harland itu kini jadi materi iklan Bank Mandiri untuk kompetisi wirausaha. ”Saya memang diminta menjadi ambassador untuk iklan Bank Mandiri.
Itu setelah sa ya menjadi pemenang dalam kompetisi wirausaha yang diadakan bank itu,” ujar Harland sembari menunjukkan iklan di majalah mingguan terkemuka yang menampilkan gayanya sebagai pengusaha muda yang sukses. Harland memang dinobatkan sebagai wirausahawan muda Bank Mandiri untuk periode 2012. Prestasi itu merupakan satu dari berbagai capaian yang didapat Harland melalui perusahaannya, Newbee Corporation.
Prestasi lainnya Industry Creative Festival (2013), Anugerah TIK Jawa Barat (2012), Telkom Indigo Fellowship (2012), Android Competition (2012), Sang Penemu TVRI (2012), Wirausaha Muda Mandiri (2012), The Best Tenant Telkom Bandung Digital Valley (2013), dan Indonesia ICT Award (2013).
Harland sengaja memberi nama perusaha annya Newbee dengan harapan agar perusahaan yang berkantor di Gegerkalong, Bandung, itu senantiasa tetap merasa baru. ”Dengan begitu kami harus terus belajar lebih baik dan terus menghasilkan karya-karya inovatif,” terang alumnus Fakultas Teknik Informatika Telkom University (dulu Institut Teknologi Telkom) Bandung itu.
Segudang prestasi yang diraih Harland di bidang IT itu sebenarnya jauh dari impian sebelumnya. Pemuda asli Riau itu semula bercita-cita ingin bisa bekerja di pertambangan minyak. ”Riau kan kota minyak. Ayah juga bekerja di bidang itu. Jadi lingkungan telah membuat saya ingin bekerja di perminyakan,” terangnya Selama sekolah Harland berupaya keras mewujudkan impiannya itu.
Bersama rekan-rekannya, dia pun mendaftarkan diri di jurusan pertambangan ITB. Namun, dia gagal menembus jurusan idaman itu. Sedangkan teman-temannya diterima di program studi favorit tersebut. ”Satu kelas saya setidaknya ada 30 orang yang lolos masuk ITB, hanya sa ya yang gagal. Saya akhirnya kuliah di Telkom karena ingin tetap studi di Ban dung,” ujar alumnus SMA Cen dana Chevron, Kabupaten Duri, Riau tersebut. Harland mengaku sejak awal tidak me miliki passion sedikit pun di bidang IT. Bahkan semasa sekolah, Har land termasuk siswa yang gaptek.
”Saya bukan anak-anak yang suka main internet. Hobi saya malah kegiatan- kegiatan outdoor,” papar atlet hoki PON Riau itu. Dia pun mengakui di awal-awal semes ter, lantaran tidak punya passion indeks prestasi (IP)-nya hanya di angka dua koma. ”Saya sempat masuk ruang konseling. Bagi mahasiswa Telkom itu ruangan yang memalukan,” kelakarnya.
Titik balik terjadi setelah Harland men dapatkan konseling dan aktif di or ganisasi kampus. Ada kalimat motivasi yang membuat dia terlecut. ”Bah wa rezeki yang digariskan Allah tidak pernah tertukar. Dan Allah itu selalu memberi yang terbaik. Dari situ saya yakin bidang ini yang terbaik untuk saya,” ungkapnya. Selama aktif di organisasi kemahasis waan, Harland juga mendapatkan ba nyak pencerahan. Di antaranya bah wa kebanyakan mahasiswa masih ber mental job seeker dan karya-karya yang dihasilkan kurang bernilai pengabdiaan pada masyarakat.
Sejak itu, setiap membuat tugas, Harland selalu berupaya agar bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Dia juga mulai rajin ikut lomba-lomba di bidang TI. Namun peruntungan belum menghampiri Harland. Dia tak pernah menang. ”Tapi ketika itu saya sudah bisa memperbaiki nilai akademis saya. IP saya mulai merangkak naik tiga koma,” kelakar anak kedua dari lima bersaudara itu.
Setelah lulus kuliah tepat 3,5 tahun, ke beruntungan mulai memihak Harland. Karyanya yang diberi nama SM Care untuk aplikasi mobile layanan kesehatan masyarakat (pasien) di rumah sakit. ”SM Care ini sebuah solusi untuk cus tomer relationship management (CRM) RS ke pasien,” terang Harland sembari menunjukan gambar layanan aplikasi tersebut.
Tak disangka aplikasi itu masuk seba gai finalis dalam Industry Creative Festival (Increfest) yang diselengga rakan Kementerian Perindustrian. Dari lomba yang digelar untuk industri se-Indonesia itulah Harland menemukan pelajaran berharga tentang pentingnya badan usaha. Maka, dia lalu meresmikan Newbee Corporation sebagai badan usaha berbentuk perseroan terbatas (PT).
Setelah berhasil di lomba itu, Harland lantas mengirimkan karyakarya nya pada kompetisi lain dan hasilnya positif. Salah satu karyanya yang bernama AortaLife mengantarkan Harland ke markas Google di Silicon Valley, Amerika Serikat. ”Aplikasi itu memenangkan Bandung Digital Valley sehingga saya ber hak mewakili Indonesia ke Silicon Valley,” ujar anak pasangan H Agusnar dan Neng Deswita itu.
Aplikasi pemantau detak jantung online karyanya itu juga mendapat apresiasi dari chief medical officer”di California. Saat menjelaskan seputar lomba yang diikutinya, Harland lalu mengeluarkan buku company profile perusahaannya. Dia kemudian menjelaskan satu per satu karyanya yang pernah menyabet penghargaan. Setelah mengikuti banyak perlombaan, Harland jadi tahu betapa luasnya bisnis di bidang TI. Makin banyak perusahaan yang memanfaatkan TI untuk meningkatkan pelayanannya pada konsumen.
”Karena itu, saya lalu masuk di usaha ini,” tuturnya. Diakui, saat ini dunia industri meng hadapi tantangan besar. Yakni pembajakan yang merajalela. Meski begitu, Harland yakin rezeki sudah diatur Tuhan. ”Asal tetap berusaha untuk terus berinovasi saya kira selalu ada jalan untuk menghadapi tantangan tersebut,” paparnya. Harland punya mimpi besar di masa depan.
Yakni pengembangan produk-produk Newbee Corporation agar bisa menembus pasar global. ”Saya masih berupaya mengembangkan produk yang sudah ada agar siap untuk pasar global. Saya juga tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan dari luar negeri sebagai publishing- nya,” terangnya. Harland mengakui selama ini perusa haan belum bisa banyak bicara dari sisi penjualan produk.
Menurut dia, income terbesar perusahaan nya berasal dari bisnis jasa. Melalui perusahaannya, Harland kini menghandle sejumlah proyek sistem informasi berbagai perusahaan. Di antaranya SPBU-SPBU Pertamina dan Bank Mandiri Jawa Barat. (*/ari)
Source : Here