Tri Rismaharini, Pahlawan Baru Surabaya
Ir. Tri Rismaharini, M.T. atau terkadang ditulis Tri Risma Harini (lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 Oktober 1961; umur 52 tahun) adalah Wali Kota Surabaya yang menjabat sejak 28 September 2010. Ia adalah Wali Kota Surabaya wanita yang pertama dan alumnus Arsitektur ITS. Ia menggantikan Bambang Dwi Hartono yang kemudian menjabat sebagai wakilnya hingga resmi mengundurkan diri pada 14 Juni 2013. Mereka diusung oleh partai PDI-P dan memenangi pilkada dengan jumlah suara 358.187 suara atau sebesar 38,53 persen. Pasangan ini dilantik pada tanggal 28 September 2010. Sebelum terpilih menjadi wali kota, Risma pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya hingga tahun 2010. Di masa kepemimpinannya di DKP, bahkan hingga kini menjadi Walikota Surabaya, Kota Surabaya menjadi lebih asri dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar. Sederet taman kota yang dibangun di era Tri Risma adalah pemugaran taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma juga berjasa membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Di bawah kepemimpinannya pula, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan. Pada Oktober 2013, Kota Surabaya dibawah kepemimpinannya memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 di 2 bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik. Belum setahun menjabat, pada tanggal 31 Januari 2011, Ketua DPRD Surabaya Whisnu Wardhana menurunkan Risma dengan hak angketnya. Alasannya adalah karena adanya Peraturan Wali Kota Surabaya (Perwali) Nomor 56 tahun 2010 tentang Perhitungan nilai sewa reklame dan Peraturan wali kota Surabaya Nomor 57 tentang perhitungan nilai sewa reklame terbatas di kawasan khusus kota Surabaya yang menaikkan pajak reklame menjadi 25%. Risma dianggap telah melanggar undang-undang, yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 16/2006 tentang prosedur penyusunan hukum daerah dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Sebab Walikota tidak melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dalam membahas maupun menyusun Perwali. Keputusan ini didukung oleh 6 dari 7 fraksi politik yang ada di dewan, termasuk PDI-P yang mengusungnya. Hanya fraksi PKS yang menolak dengan alasan belum cukup bukti dan data. Tentang Perwali nomor 57 yang diterbitkannya itu, Risma beralasan, pajak di kawasan khusus perlu dinaikkan agar pengusaha tidak seenaknya memasang iklan di jalan umum, dan agar kota tak menjadi belantara iklan. Dengan pajak yang tinggi itu, pemerintah berharap, pengusaha iklan beralih memasang iklan di media massa, ketimbang memasang baliho di jalan-jalan kota. Akhirnya, Mendagri Gamawan Fauzi angkat bicara akan hal ini dan menegaskan bahwa Tri Risma tetap menjabat sebagai Walikota Surabaya dan menilai alasan pemakzulan Risma adalah hal yang mengada-ngada. Belakangan kemudian beredar kabar bahwa hal ini disebabkan banyaknya kalangan DPRD Kotamadya Surabaya yang ‘tidak senang’ dengan sepak terjang politik Tri Risma yang terkenal tidak ‘kompromi’ dan terus maju berjuang membangun Kota Surabaya, termasuk menolak keras pembangunan tol tengah Kota Surabaya yang dinilai tidak akan bermanfaat untuk mengurai kemacetan dan lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang akan menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya yang juga akan bermanfaat untuk pemerataan pembangunan kota. Wanita kelahiran 20 November 2011 ini menjadi salah satu nominasi wali kota terbaik di dunia, 2012 World Mayor Prize, yang digelar oleh The City Mayors Foundation. Ia terpilih karena segudang prestasi yang sudah ia torehkan selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Ia dinilai berhasil menata kota Surabaya menjadi kota yang bersih dan penuh taman. Salah satu buktinya adalah pemugaran Taman Bungkul di tengah kota. Dulunya, taman tersebut tidak layak disebut taman, namun kini Taman Bungkul menjadi taman terbesar dan terkenal di kota Surabaya. Selain itu, ia juga telah berperan besar dalam membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Di bawah kepemimpinannya pula, ia sukses mengantarkan Surabaya memperoleh penghargaan Adipura di tahun 2011. Risma menjadi kandidat wali kota terbaik dunia asal Indonesia bersama dua orang lainnya, yaitu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Wali Kota Solo Joko Widodo. PENDIDIKAN SMP Negeri X Surabaya (1976) SMU Negeri V Surabaya (1980) S-1 Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) (1987) S-2 Manajemen Pembangunan Kota Surabaya ITS (2002) KARIR Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya (1997-2000) Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang (2001) Kepala Cabang Dinas Pertamanan (2001) Kepala Bagian Bina Bangunan (2002) Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005) Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2010) Wali Kota Surabaya (2010-2015) Pemberitaan soal Risma memang tidak sebanyak Jokowi di Ibu Kota yang menjadi isu nasional. Risma sendiri mengaku dirinya memang spontan dan tak perlu terlalu banyak diberitakan. “Itu sudah tanggung jawab saya, karena nanti saya juga ditanya malaikat soal (kepemimpinan) itu. Membangun fisik Surabaya itu mudah, tapi membangun sumber daya manusia itu tidak mudah tapi lebih penting,” ucap Risma. Apa saja aksi alumni Institut Teknologi 10 November Surabaya ini? 1. Hujan-hujanan pantau banjir Awal Desember lalu, hujan deras mengguyur Surabaya dan mengakibatkan genangan air serta banjir di beberapa titik. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini rela tidak tidur dan turun tangan memantau banjir. “Saya langsung turun mengajak sopir hujan-hujan. Setelah menerima informasi banjir, saya langsung menuju pintu-pintu air,” kata Risma kala itu. Risma memantau langsung pintu-pintu air di Surabaya. Seperti rumah pompa Jagir, Wonokromo. Kayun, Petemon, Patuah dan Simo serta Bozem Morokrembangan. Dia cerewet meminta pompa yang rusak segera dibenahi agar Surabaya tak kebanjiran. Risama bahkan membuka pintu air sendiri sambil berbasah-basahan. 2. Turun tangan cek pohon tumbang Sambil menenteng handy talki, Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini berdiri di pinggir sungai. Dia memberikan instruksi langsung pada anak buahnya untuk memberesi sisa-sisa pohon tumbang yang masuk ke sungai. “Ayo-ayo cepet-cepet. Keburu banjir nanti yang di sana,” kata Risma pada beberapa petugas kebersihan, (25/12). Wanita berjilbab ini memantau pohon tumbang sepanjang Jl Ahmad Yani dan Gayung Kebonsari. Setelah hujan, air sungai memang meninggi dan hampir luber ke jalan. 3. Terjun atur lalu lintas macet Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini telat menghadiri naskah perjanjian hibah daerah kepada 51 kelompok masyarakat tahun 2012. Ternyata, Tri telat karena turun tangan mengatur arus lalu lintas di jalanan yang macet. “Mohon maaf bapak ibu sekalian, saya datang telat. Saya tadi harus ngatur lalu lintas karena macet parah,” kata Risma (19/12). Risma mengatur lalu lintas di Kedungsari. Di sana kendaraan saling serobot menerobos lampu merah. Dia memerintahkan sopirnya menepi, ibu wali kota ini langsung turun dan mengatur lalu lintas bak polisi. Sebelumnya, Risma juga pernah turun mengatur kepadatan lalu lintas di bawah tol Mayangkara yang macet akibat perbaikan rel kereta api. 4. Marahi bonek saat kerusuhan sepakbola Tragedi kerusuhan suporter di Gelora 10 November Tambaksari Surabaya memakan korban seorang bonek tewas. Walikota Surabaya, Risma Maharani mengimbau pada Bonekmania agar Tragedi Tambaksari adalah yang terakhir kalinya. Sebab, ujung-ujungnya selalu ada saja nyawa yang melayang. “Cukup sudah Rek, ini yang terakhir. Sampai kapan lagi harus seperti ini. Lihat keluarganya, kasihan. Ini korban anak tunggal,” ujar Risma di depan Bonekmania dari ASP (Asosiasi Suporter Persebaya), awal Juni lalu. Risma mengaku tak tega satu per satu nyawa warganya melayang karena kerusuhan sepak bola. Apalagi beberapa waktu lalu 5 Bonekmania tewas karena kerusuhan di Lamongan. “Semua itu ada garis pembatasnya masing-masing, jangan ditembus, jangan dilawan. Kemarin sudah lima dan saya pantau terus update dari anggota sampai tak bisa tidur,” tegas Risma. 5. Ikut razia ABG mesum di diskotek Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini melontarkan amarahnya terhadap belasan anak baru gede (ABG) yang terjaring razia di tempat hiburan malam. Satpol PP menggelar razia. Tri semakin emosi ketika mencium aroma alkohol dari mulut salah seorang ABG. Bahkan para gadis ingusan itu diketahui menyalahgunakan keadaan, serta kebebasannya akibat perceraian kedua orang tuanya. “Masih banyak orang lain yang menderita, kalian itu jangan menyalahkan keadaan, baju kamu masih bagus, coba lihat di sekitar kalian,” kata Risma. “Kamu jangan gaya-gayaan. Kalian itu masih di bawah umur, pakai acara pergi ke diskotek segala, mau jadi apa kalian?,” tegasnya dengan nada tinggi. Menurut Risma, belasan ABG ini terjaring razia di sejumlah rumah hiburan malam/umum (RHU) di Surabaya yang disinyalir mempekerjakan anak di bawah umur dini hari tadi. “Saat itu, mereka (para ABG) diketahui tidak membawa identitas (KTP) dan mulut mereka diketahui berbau minuman keras,” katanya. 6. Marahi tersangka penjual gadis ABG Anggota Polrestabes Surabaya meringkus seorang ibu rumah tangga, Ayu Puji Astuti (27) yang telah menjual 11 anak baru gede (ABG) kepada pria hidung belang sejak 2004 silam. Mendengar penangkapan Ayu ini, Risma mendatangi Mapolrestabes Surabaya, Selain memuji kesuksesan pihak kepolisian, orang nomor satu di Surabaya itu juga kembali melontarkan makiannya kepada pelaku trafficking tersebut. “Yang kamu tawari itu kan cuma anak kecil. Di suruh apa-apa ya mau, wong dia nggak ngerti apa-apa. Coba anak kamu ditawari permen, biar beracun ya mau aja, wong anak kecil,” tegas Risma dengan nada keras sambil menunjuk ke arah tersangka. “Kamu itu perempuan, lah kok tega-teganya menjual anak orang. Kamu nggak ngerti dosa apa, apa kamu nggak punya agama, makanya nggak ngerti dosa?” lanjut Risma dengan nada kesal. 7. Pulangkan 45 PSK dari Surabaya 45 Pekerja seks komersial (PSK) dari sejumlah tempat lokalisasi dipulangkan Pemkot Surabaya, Jawa Timur. Acara pemulangan itu dipimpin langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di kantor Keluruhan Putat Jaya, Sawahan. Dalam pidatonya Risma berharap, mantan pekerja seks tidak kembali ke profesi itu dan memulai hidup baru. “Jangan pernah berfikir, saya bukan bagian dari sampeyan (kalian), tapi berifikirlah bahwa sampeyan-sampeyan itu juga bagian dari saya. Sehingga bisa berbuat baik seperti yang orang lain lakukan,” kata Risma dalam pidatonya di hadapan para PSK yang sebagian menutup wajahnya dengan cadar. Meski pernah melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks, Risma meminta agar mereka tidak berkecil hati saat berbaur dengan masyarakat. Tidak hanya itu, Risma berharap pada pertemuan berikutnya, mereka bisa bercerita mengenai kisah suksesnya. “Semua orang pasti berbuat salah, jadi jangan berkecil hati. Kalau sekarang sampeyan menutup wajah, ke depan sampeyan akan berani membanggakan diri sebagai bagian dari masyarakat umumnya. Suatu saat nanti, saya ingin sampeyan-sampeyan bertemu dengan saya dan menceritakan keberhasilan sampeyan,” kata Risma bijak. Koran Amerika Tulis Aksi Wali Kota Tri Rismaharini Mungut Sampah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga pernah ramai menjadi pembicaraan di timeline micro blogging twitter Rabu (21/8/2013) pagi. Maklum saja, media online asal Amerika Serikat The Huffington Post, menulis sepak terjang dan prestasi Risma di edisi terbaru mereka. Dalam artikel yang berjudul Surabaya’s Mrs. Mayor: Indonesia’s Best-Kept Secret tersebut, Risma disebut sebagai pahlawan dari generasi baru karena bisa memberikan nafas baru bagi Surabaya yang sumpek. Sebenarnya tidak banyak hal baru yang disampaikan di artikel ini. Semua yang ditulis oleh Stanley Weiss, seorang pengamat politik pemerintahan lokal dan internasional, sudah banyak ditulis media di Surabaya maupun media nasional. Seperti bagaimana Risma kerap memungut sampah di sepanjang pinggir jalan pada pagi hari. Atau pada sore hari bermain bola dengan anak-anak kampung di taman sambil mengingatkan mereka untuk belajar keras, dan saat malam hari sering kluyuran ke taman yang ada di Surabaya dan memarahi pemuda di bawah umur yang masih nongkrong. Huffington Post juga menulis Risma sering keluar dari mobilnya dan langsung mengatus sendiri arus lalu lintas yang macet. Dalam artikel tersebut, Risma yang meraih selusin penghargaan lingkungan sebagai perintis kota ramah lingkungan mengaku tidak terlalu tahu dunia politik. “Saya tidak benar-benar memahami politik praktis,” kata Risma yang mengaku pernah hampir dicopot sebagai wali kota di tahun pertamanya memimpin karena masalah pajak reklame. Menangis di ‘Mata Najwa’, Tri Rismaharini Jadi ‘Trendic Topic’ di Twitter Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menarik perhatian warga media sosial saat tampil dalam acara Mata Najwa di Metro TV, Rabu (12/2/2014) malam. Kata kunci “Bu Risma” menjadi “Indonesia trending topic” atau topik yang banyak diperbincangkan warga Indonesia di Twitter. Di acara tersebut, Najwa Shihab, pemandu acara, mengorek seputar isu pengunduran diri Risma sebagai Wali Kota Surabaya. Meski tak menjawab lugas, Risma menunjukkan kesan melalui ekspresi wajahnya bahwa ia menghadapi tekanan terkait tanggung jawabnya sebagai Wali Kota. Risma sempat menangis saat bertutur tentang kisah anak-anak yang menjadi pekerja seks komersial di kawasan Dolly, Surabaya. Sambil terisak, Risma tak kuasa menjawab pertanyaan Najwa tentang apa yang terjadi dengan remaja perempuan yang ia jumpai di sana. “Saya tidak tega,” katanya terbata. Air matanya menetes. Risma kembali tak menjawab secara lugas ketika Najwa kembali melontarkan pertanyaan mengapa Risma punya keinginan mundur sebagai Wali Kota. Ia hanya terdiam. Wajahnya terlihat murung. Ia bahkan tak berani berjanji untuk mengurungkan niatnya mundur. Penampilan Risma mengundang perbincangan di Twitter. “Warga twitterland” menyuarakan simpati dan dukungan kepada Risma agar tak mundur sebagai Wali Kota. Akun @InfinitySby, berkicau, “Merinding, dan meneteskan air mata lht bu Risma di @MataNajwa.” Akun @muntasir92 menulis, “Bu Risma walikota dengan puluhan penghargaan, penuh dedikasi, tulus.. Tapi ada aja yang mau lengserin…” Akun @farahsanib menyuarakan dukungan, “Jangan pernah menyerah Bu Risma, warga Surabaya masih semangat mendukungmu! #SaveRisma.” Akun @graceerb memberikan semangat, “bu risma, the bravest people ever. semangat buuuuk.” Malam ini, sosok Risma seperti menyedot perhatian seperti diungkap akun @lyla_aku, “banyak juga warga indonesia yang respect bu risma… Luar biasa.” Risma menarik perhatian publik setelah dipandang berhasil mengubah Kota Surabaya yang semula dikenal kotor dan panas menjadi asri dan bersih. Di bawah kepemimpinannya, Surabaya meraih sejumlah penghargaan internasional, seperti “The 2013 Asian Townscape Sector Award” dari PBB untuk Taman Bungkul Surabaya. Risma juga menjadi sorotan internasional. Namanya masuk sebagai kandidat wali kota terbaik dunia pada 2012 bersama Joko Widodo yang saat itu menjadi Wali Kota Surakarta. Sejak kabar kemunduran Risma merebak beberapa waktu lalu, muncul gerakan di media sosial Twitter dengan tagar saverisma (#saverisma). Risma Senang, Surabaya Kalahkan Singapura dan Hongkong Kota Surabaya kembali meraih dua kategori penghargaan tingkat Asia Pasifik dalam ajang “FutureGov Awards 2013″ yakni Data Center yang diraih melalui Media Center Pemerintah Kota Surabaya dan Data Inclusion melalui “Broadband Learning Center” (BLC). Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, Kota Surabaya menjadi satu-satunya lembaga di Asia Pasifik yang mampu menerima dua penghargaan sekaligus. Dua trofi yang diterima Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini MT, di Angsana Laguna Phuket, Thailand pada Jumat (25/10) itu di kirab keliling kota oleh Wali Kota Surabaya bersama jajaran SKPD Pemkot Surabaya mulai dari markas Korem 084/Bhaskara Jaya Surabaya menuju Taman Surya di Balai Kota Surabaya, Minggu (27/10). “Hebatnya, Surabaya berhasil mengungguli beberapa negara maju yang selama ini lebih diunggulkan di bidang teknologi informasi, seperti Singapura, Australia, China, Hongkong, dan India. Surabaya bisa kalahkan mereka semuanya. Hampir di semua kategori, kita masuk nominasi dan memenangi dua penghargaan ini,” katanya. Menurut dia, hanya Surabaya yang mendapatkan dua penghargaan. “India dan Singapura yang teknologinya maju hanya dapat satu penghargaan. Karena itu, saya berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung teknologi informasi di Surabaya,” katanya. Sesuai keterangan di http://www.futuregov.asia, pada kategori Data Center, Pemkot Surabaya dinilai telah melakukan inovasi, efisiensi dan unggul dalam manajemen proyek di sekitar pusat data. Untuk kategori Digital Inclusion, Pemkot Surabaya memiliki program unggul dalam menggunakan teknologi untuk menjembatani kesenjangan digital. “Dua penghargaan tersebut diraih Surabaya setelah menyisihkan 50 kota/negara yang menjadi nominasi. Ke-50 nominasi itu sendiri merupakan hasil seleksi dari sekitar 800 kota/negara yang berharap mendapatkan penghargaan ini,” katanya. Risma mengatakan, penghargaan ini menjadi indikator bahwa Kota Surabaya merupakan kota yang pemerintahannya sudah mampu mengelola dengan baik bagaimana berkomunikasi dengan tiga juta masyarakat Surabaya melalui “Broadband Learning” (BLB). “Percepatan pelayanan data kita lebih baik dengan daerah lain karena kita terpadu dan tidak ada lagi manipulasi. Ini penghargaan untuk masyarakat karena salah satu kategorinya yaitu BLB, selama ini kita bangun untuk masyarakat,” ujar Risma. Sementara Ketua DPRD Surabaya, Moch. Machmud yang ikut hadir di Taman Surya menyatakan kebanggaannya atas prestasi yang diraih Pemkot Surabaya. “Penghargaan ini bukan main-main karena tingkat penilaiannya sangat sulit dan tidak bisa dilobi. Untuk bidang data center, semua terkait elektronik. Tren dunia seperti ini, di beberapa negara maju sudah menerapkan ini dan Surabaya bisa mengikuti. Saya kira ini jadi pelecut untuk kita supaya bisa lebih maju,” kata Machmud. Foto-foto Wajah Surabaya setelah di Tangani Bu Risma Sejak menjabat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (52) sudah banyak membuat banyak perubahan di Surabaya, Jawa Timur. Tak heran, sejumlah penghargaan diraih arsitek lulusan ITS ini. Saat memaparkan pembangunan kota Surabaya di depan para pemred Minggu (25/8/2013) malam lalu, Risma bercerita soal prestasi dan perubahan yang sudah dilakukannya bagi Surabaya. Pasukan Kebersihan Dengan latar belakang sebagai kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Risma langsung melakukan gebrakan saat jadi wali kota. Dia membereskan persoalan sampah dan saluran air. Risma membentuk pasukan kebersihan, pasukan pematusan (pembersih drainase), dan pasukan lainnya. Wanita berjilbab itu juga rajin mengajak warga untuk kerja bakti. Hasilnya, bisa dilihat di foto ini. Sejumlah gorong-gorong, sungai dan kawasan yang sebelumnya dipenuhi sampah, kini jadi bersih. Kampung Hijau Risma juga membuat gebrakan di sejumlah kampung di Surabaya. Daerah yang tadinya kumuh disulap menjadi lebih hijau. Warga diberi kesadaran tentang pentingnya kebersihan, mulai dari pengelolaan sampah, limbah hingga penanaman pohon. Hasilnya, kampung-kampung di Surabaya menjadi lebih asri. Bank Sampah Warga kota metropolitan kedua di Indonesia itu kini mulai sadar untuk memilah sampah mereka sejak di rumah. Sampah plastik yang bisa didaur ulang dikumpulkan ke bank sampah untuk dijual. Sampah organik dijadikan kompos. Selain menambah penghasilan, program pengelolaan sampah ini juga bisa membuat lingkungan lebih hijau. Taman Sebagai mantan kepala dinas kebersihan dan pertamanan, Risma tahu apa yang harus dilakukannya untuk membuat taman-taman di Surabaya lebih asri. Selama tiga tahun, kehebatannya pun terbukti. Puluhan taman di Surabaya kini menjadi lebih menarik. Selain rerumputan hijau dan pohon yang rindang, taman-taman kota itu juga ditambahi fasilitas untuk warga. Sebut saja taman Skate dan BMX di Jl Raya Darmo. Dulunya itu adalah taman biasa dan tidak terurus, namun kini jadi area anak muda untuk menyalurkan ekspresi. Jalur Sepeda Jalanan kota Surabaya kini lebih tertata. Pengawasan pelanggaran lalu lintas dan pelayanan publik pun menggunakan CCTV. Jalur sepeda disediakan khusus di jalanan protokol. Warga antusias menggunakannya, termasuk saat car free day. Pembersihan Sungai Sungai-sungai di Surabaya kini jadi lebih tertata dan bersih. Risma punya harapan, ada potensi wisata yang dikembangkan dari sungai ini. Misalnya saja Sungai Greges. Setelah dibersihkan saluran airnya, kini jadi lebih bersih. Risma juga rajin mengkampanyekan penanaman hutan mangrove. Risma pernah di Unggulkan Jadi Calon Presiden No. 2 setelah Jokowi Keberhasilan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membenahi kota Pahlawan jadi sorotan. Risma ternyata juga pernah diunggulkan jadi capres potensial nomor dua setelah Jokowi. Adalah lembaga survei Pol-Tracking Institute yang melakukan survei terhadap kepala daerah yang menjadi capres potensial. Hasilnya, Jokowi dan Risma masuk sebagai capres paling potensial di survei yang digelar Mei 2013 tersebut. Risma bersama 13 kandidat kepala daerah lainnya dinilai melalui 10 aspek yakni integritas, intelektualitas, visioner, gaya kepemimpinan, pengalaman prestatif, keberanian mengambil keputusan, komunikasi publik, aspiratif dan responsif, penerimaan publik dan penerimaan partai. Tri Rismaharani mendapat total skor 76,33 persen. Namun seperti Jokowi, Risma juga mengelak. Dia memilih fokus membenahi Surabaya. “Nggak, nggak,” singkat Tri Rismaharini sambil terus melambaikan tangan ke arah peserta pawai di halaman Balai Kota Surabaya, Minggu (5/5) lalu. Padahal, hasil survei dengan metode focus group discussion yang melibatkan 100 ahli sebagai juri penilai, didapatkan hasil Tri Rismaharani menempati posisi 2 setelah Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Source : Here |